Setahun di Jatinangor


Sebagai mahasiswi semester tiga di Fikom Unpad tentunya saya sudah menghabiskan waktu di Jatinangor selama satu tahun bahkan lebih. Rentang waktu setahun bisa dibilang cukup untuk saya mengamati keadaan alam maupun sosial masyarakat di sini.
                Secara fisik Jatinangor adalah kota yang terletak di daerah pegunungan dengan kontur tanah yang berbukit-bukit. Pegunungan dan bukit-bukit kecil menjadi pemandangan sehari-hari warga di sini. Cuaca yang dingin dan sedikit berangin khas pegunungan bisa kita temui juga, namun tidak hanya itu, terik matahari siang yang manggigit kulit pun dapat kita rasakan. Sangat  panas di siang hari namun dingin di malam hari, mirip iklim yang ada di Arab walau tidak se-ekstrem itu. Langit Jatianangor jarang berawan, lebih sering diselimuti berwarna biru muda yang sangat menenangkan hati. Langit yang cerah di siang hari pasti akan disertai taburan bintang ketika malam datang. Iklim dan pemandangan indah seperti itulah yang membuat saya cukup betah tinggal di Jatinangor, terutama akan cuacanya yang bisa dibilang “adem” sangat berbeda dengan cuaca di kota asal saya.
                Mengenai keadaan sosial masyarakat warga Jatinangor menurut saya mereka masih menjaga kekeluargaan dengan sangat baik. Terlihat dengan masih banyaknya acara-acara rakyat yang diselenggarakan masyarakat setempat dalam menyambut hari-hari besar keagamaan ataupun pesta adat khas Sunda. Misalnya saja hari Minggu kemarin, untuk pertama kalinya saya melihat sebuah arak-arakan rakyat yang menggunakan salah satu sisi jalan, beberapa orang  berpakaian adat terus menari selama arak-arakan menyusuri jalan raya Jatinangor berlangsung. Acara ini mendapat pengawalan ketat dari polisi dan walaupun menimbulkan kemacetan yang cukup padat namun tetap diterima tanpa protes oleh warga sekitar Jatinangor.
                Bila dilihat secara keseluruhan, warga Jatinangor berada di tingkat ekonomi  menengah ke bawah. Usaha yang biasanya mereka lakukan untuk menyambung hidup adalah dengan membuat warung-warung yang menjual kebutuhan sehari-hari anak kost, jenis usaha lain adalah dengan membuat kost-kost-an untuk disewakan. Maklum, Jatinangor adalah kota yang ditempati banyak universitas sehingga usaha seperti itulah yang memang laku dan dibutuhkan warga pendatang yaitu para mahasiswa.
                Itulah sekilas hasil pengamatn saya mengenai keadaan alam dan masyarakat di Jatinangor selama kurang  lebih setahun tinggal sebagai penduduk tetap di sini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miracle :)

It's Okay To Be Not Okay